Sayur Organik

Adalah sayur yang dikembangkan dengan cara organik, yaitu tidak menggunakan pupuk atau pestisida yang mengandung unsur logam berat.

Mengapa Sayur Organik?

Karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sayur organik lebih sehat untuk dikonsumsi.

Dimana Mendapatkan Sayur Organik?

Saat ini sayur organik banyak ditemui di supermarket besar. Tetapi sebenarnya Anda dapat menanamnya sendiri di pekarangan rumah lho..

Sabtu, 02 Juni 2012

Untungnya Bertanam Organik

Makin digemarinya sayuran organik oleh masyarakat Kota Malang pecinta hidup sehat membawa berkah tersendiri bagi para petani. Begitu juga dengan Boy Febriantono petani organik yang ada di Jl. Teluk Grajakan Kota Malang.

Kebun sayur organik di Teluk Grajakan

Pertani yang membudidayakan berbagai sayuran seperti tomat, sawi, kailan, bayam, brambang, bawang, lombok ini sempat kewalahan menerima pesanan. Terbatasnya lahan dan terbatasnya modal menjadi hambatan tersendiri.

Boy mengakui meski sayur organik harganya lebih mahal dibanding sayur biasa namun permintaannya tidak pernah sepi. Bahkan karena kapasitas produksi di green house yang dimilikinya masih kecil banyak permintaan dari pelanggan yang terpaksa ditolak.

“Untuk mendapatkan hasil pertanian organik yang bagus, penanaman harus dilakukan di green house, pengalaman saya selama ini kalau penanaman di area terbuka hasilnya tidak bisa bagus,” jelas Boy, Senin (16/1).

Menurut Boy dari pengalaman selama ini dengan menanam di green house pengendalian hama bisa menjadi lebih mudah. Kalau ditempat terbuka jelas sulit dilakukan, sebab bertanam organik tidak memakai pestisida untuk melakukan pemberantasan hama.

Meski sulit untuk bertani organik, Boy mengaku senang jika melihat animo pelanggan yang puas atas produk pertanian yang dibuatnya. Sebab selain hasilnya cukup menggiurkan, efek sayuran organik juga sangat bagus bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi.

“Saya bayangkan seandainya lahan lahan tidur di Kota Malang bisa dimanfaatkan untuk pertanian organik, hasilnya jelas akan sangat bagus untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang ada di dalamnya,’ ujar Boy. Dari pengalaman selama ini, berapapun hasil yang dipanennya selalu habis terjual tak lepas dari marketing penjualan yang bagus. Selain dari mulut ke mulut dan selalu menjaga kepercayaan pelanggan, Boy menyebutkan kalau dia selalu mempromosikan produk yang dimilikinya melalui internet.

Disadur dari : Media Center Kendedes

Jumat, 01 Juni 2012

Mengapa Sayur Organik Lebih Baik daripada Sayur Konvensional


Salah satu penelitian yang paling komprehensif dan definitif telah menunjukkan bahwa buah kiwi yang dikelola secara organik mengandung faktor kesehatan yang lebih tinggi daripada buah kiwi yang ditanam secara konvensional.


Penelitian dilakukan dengan membandingkan buah kiwi yang ditanam berdampingan satu sama lain di pertanian yang sama, pada saat yang sama, di bawah kondisi lingkungan yang sama.


Buah kiwi yang ditanam secara organik memiliki tingkat polyphenol yang lebih tinggi, antioksidan yang lebih banyak, dan memiliki kadar vitamin C dan mineral penting yang lebih tinggi. Ilmuwan yang melakukan studi ini juga meneliti kemampuan tanaman organik dalam mengatasi hama tanpa adanya pestisida. Kadar antioksidan yang tinggi dipercaya sebagai reaksi alami terhadap stres.


Buah dan sayuran yang ditanam secara konvensional, sangat mungkin terkontaminasi oleh sisa kimia yang berasal dari pestisida dan pupuk kimia. EPA (Environmental Protection Agency) menyatakan terdapat 60% herbisida, 90% fungisida dan 30% insektisida bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).



Pestisida bisa menyebabkan pengaruh negatif terhadap kesehatan, termasuk keracunan otot, terganggunya sistem endokrin, bersifat karsinogenik dan menekan sistem imun. Paparan terhadap pestisida juga berdampak pada fungsi reproduksi pria dan dikaitkan dengan keguguran pada wanita.

Hidup Sehat dan Panjang Umur Berkat Sayuran Organik

Buah dan sayuran memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Namun, belakangan mulai muncul masalah karena kandungan bahan kimia pada pupuk dan penyemprot hama yang menempel pada buah atau sayuran berdampak buruk bagi kesehatan.
Kini hadir makanan organik sebagi solusinya. Buah dan sayuran ditanam tanpa pupuk buatan. Menurut para akademisi, makanan jenis ini mampu menurunkan berat badan, membuat tubuh lebih sehat, dan panjang umur.



Seperti dikutip dari laman Daily Mail, Sabtu, 21 Mei 2011, buah dan sayuran organik mengandung lebih banyak nutrisi, termasuk metabolit sekunder dan vitamin C. Metabolit sekunder berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.



Penelitian dari The University of Newcastle menunjukkan temuan ini memiliki pengaruh yang baik untuk program melawan kanker payudara secara nasional. Makanan organik dinilai mampu memperbaiki kesehatan secara umum, kemudian secara efektif mendorong pembakaran lemak pada tubuh.


Makanan organik mengandung fenolat, tanin, flavanon, karotenoid dan resveratrol yang berfungsi sebagai pembakar lemak dan dikatakan membantu mencegah kanker, diabetes dan penyakit jantung.

Sebagai rata-rata, kebiasan yang sehat ini mampu memperpanjang rentang hidup seseorang hingga 25 hari untuk laki-laki dan 17 hari untuk wanita. Namun, menurut beberapa peneliti, jika beruntung kita pun dapat hidup berbulan-bulan lebih lama hingga mencapai 5 tahun berkat mengonsumsi makanan organik.


Sebuah studi membuktikan, makanan organik mengandung 12 persen metabolit dan 6 persen vitamin C lebih tinggi. Selain bermanfaat bagi kesehatan, sayuran dan buah organik juga ramah lingkungan dan menjaga kelangsungan hidup hewan serta binatang liar lainnya.



NUR INTAN


(Sumber : www.tempointeraktif.com)

Artis dan Sayuran Organik

Tingginya bahaya polusi dan hal-hal yang berbau kimiawi, mengundang sebagian orang untuk mulai menyadari pola hidup sehat. Salah satunya, dengan mengonsumsi makanan organik, yakni bahan makanan yang bebas kimia. Beberapa artis pun mengikuti tren positif makanan organik. 

KLIK - DetailMelly Manuhutu

Buka Toko & Parsel Organik 

Saat mengandung tiga tahun lalu, Melly gemar mengonsumsi sayuran organik. Kebetulan, di depan rumahnya di kawasan Ciburial, Puncak, terbentang kebun sayur dan buah organik milik tetangga. Sayangnya, Melly keguguran. Ia kembali ke Jakarta namun tidak meninggalkan hobinya mengonsumsi sayur dan buah organik.

Apalagi, ia sudah merasakan khasiatnya. "Dulu aku sering kena batuk-pilek. Tapi, percaya enggak percaya, selama mengonsumsi segala macam bahan makanan yang organik, aku merasa lebih sehat. Rasanya juga lebih fresh, enak di perut, dan kulit jadi bagus," ungkap Melly.

Tak cuma mengonsumsi, Melly akhirnya mulai berbisnis sayuran dan buah organik. Sistemnya masih delivery. "Kalau ada yang pesan, saya ambil dari perkebunan Permata Hati di Puncak." Jadilah tiap dua kali seminggu Melly turun ke kebun, memilih sendiri sayur dan buah. "Setelah dua tahun dijalani, sekarang saya punya banyak konsumen."

Meningkatnya permintaan, membuat Melly memutuskan membuat kios mungil ukuran 3 X 3 m persegi di bilangan Kemang Timur. Namanya, Organic Vegetables. Di dalam bangunan berdinding bata itu, terdapat bermacam-macam bahan organik. Mulai dari sayuran, kacang-kacangan, buah, dan umbi-umbian. Belakangan, Melly juga menjual beras dan beras merah organik yang diambil dari Yogya. "Sedangkan ayam dan telur organik, didrop dari Bandung. Juga ada dried food yang diimpor dari Jerman dan Australia, seperti garam, gula, susu, bihun, pasta, minyak goreng, dan lainnya."

Sejak buka kios pertengahan tahun ini, Melly bukan saja bertindak sebagai penjual, tapi juga "juru kampanye". Soalnya, "Banyak yang belum tahu makanan organik. Bahkan di awal-awal promosi, aku sampai bagi-bagi selebaran tentang makanan organik. Kayak juru kampanye," ujarnya sambil tertawa.

Memang, kata Melly, sayur dan buah organik harganya lebih mahal. Apalagi kalau sudah masuk di supermarket, bisa berlipat-lipat harganya. "Kalau aku, sih, enggak mau jual mahal-mahal. Niatku, selain berbisnis, ingin berbagi kepedulian hidup sehat," ujar Melly yang mengaku hanya mengambil sedikit keuntungan.

Mahalnya sayur dan buah orgaik, lanjut Melly, karena penghasil makanan organik masih jarang dan ragamnya masih sedikit. Produksinya pun tergantung musim. "Selain itu, untuk menghasilkan makanan organik, perlu lebih banyak tenaga kerja. Tanaman harus satu per satu diperiksa," ujar Melly yang terobsesi memiliki kebun sendiri plus supermarket tempat ia memasarkan hasil kebunnya.

Kini, menjelang Lebaran, Melly dan suaminya, Prakaca, sedang sibuk menyiapkan parsel berisi makanan organik. Harganya berkisar antara Rp 350 ribu-Rp 750 ribu. "Pikir-pikir, kan, bagus, ya, kalau memberi hadiah makanan sehat. Makanya, sejak awal puasa kemarin, aku sudah mulai bikin," kata Melly yang sudah dapat sekitar 20 pesanan parsel.

KLIK - DetailSophie Navita
Anak Sampai Pembantu Makan Sayur Organik 

Seperti halnya Lucy, Sophie juga tahu soal khasiat makanan organik dari kegemarannya membaca. "Tapi waktu mau cari makanan organik, susah banget. Lalu, waktu hamil, aku berniat mengonsumsi makanan sehat. Nah, mulai, deh, aku hunting makanan organik yang kandungan kimianya betul-betul nol. Waktu itu, hanya bisa didapat di sebuah supermarket yang segmennya orang bule di Jakarta," ujar artis cantik ini.

Meski harganya tiga kali lipat dari bahan makanan yang biasa, "Demi anak yang ada dalam kandungan, saya tetap membeli." Ketika Rangga Namora Putra Bharata (11 bulan) mulai diperkenalkan pada makanan padat, Sophie memberinya sayuran organik.

Waktu itu, cerita Sophie, "Saya sempat frustrasi juga karena kesulitan mencari ragam sayuran organik. Masak Rangga hanya dikasih bayam, wortel, dan tomat setiap hari? Aku sampai mencari ke setiap supermarket besar di Jakarta."

Beruntung ia akhinya mendapat info bahwa Melly Manahutu berbisnis sayuran organik. "Ternyata harga di toko dia, lebih murah. Ragam sayurannya pun lebih banyak." Alhasil, makanan padat organik untuk Rangga pun mulai beragam, seperti ayam, bihun, beras merah, kentang, pasta, kacang kapri, hingga kacang hijau. Buah-buahan juga tersedia. "Mau alpukat, stroberi, dan mangga, juga ada."

Belakangan, Sophie yang sempat berhenti makan sayuran organik usai melahirkan, memutuskan kembali ke bahan-bahan organik. "Aku pikir, kenapa enggak sekalian buat sekeluarga? Efisien juga, kan, enggak harus belanja dan masak dua kali," kata istri Pongki Jikustik ini. Sejak itu, ia membeli makanan organik dalam partai besar. "Tak hanya sayur dan buah, beras, ayam, gula, kacang-kacangan, dan pasta, juga yang organik." Sampai ke pembantu dan pengasuh anaknya, "Semua sama, makan makanan organik."

Ketika Rangga memasuki usia 10 bulan, Sophie mulai menggunakan garam organik. Pasalnya, garam organik tidak melalui proses bleaching dan lebih alami. "Memang, sih, harganya lebih mahal karena masih impor. Sebungkusnya Rp 18 ribu," kata Sophie yang sekali belanja sayuran bisa menghabiskan sekitar Rp 70 ribu. "Tapi itu untuk 2-3 hari."

Kini, Sophie mengaku mulai merasakan khasiat makanan organik yang dikonsumsinya. Badannya terasa lebih segar, sehat, dan ringan. "Untuk Rangga, hasilnya belum kelihatan banget. Cuma matanya lebih cemerlang. Mungkin karena vitamin yang terkandung dalam sayuran," papar Sophie yang merasa bangga lantaran sang anak sudah doyan makan sayuran dalam bentuk apa pun.

"Artinya, kan, meringankan tugas saya di masa depan, yaitu membiasakan anak untuk melihat sayur sebagai a way of life. Sebagai perempuan, kita punya tugas jadi istri dan ibu. Artinya, kita juga punya tanggung jawab menyehatkan keluarga. Apa yang kita taruh di meja makan, itu yang dimakan anak dan suami. Masak, sih, kita mau taruh sampah atau makanan yang enggak sehat?" katanya panjang lebar.

KLIK - DetailLucy Rahmawati
Menabung Untuk Hari Depan Yang Sehat 

Dari bacaan yang dilahapnya, personel AB Three ini jadi merasa takut karena di mana-mana orang menggunakan pestisida, bahan pengawet, bahan kimia, pengawet, dan lainnya untuk mengolah bahan makanan. "Termasuk untuk makanan bayi. Padahal, semua itu bikin daya tahan tubuh bayi ringkih dan kalau terlalu lama menumpuk di tubuh, bisa jadi racun dan sumber penyakit," ujarnya serius.

Nah, ketika hamil, Lucy tak mau mengambil risiko untuk jabang bayinya. Ia pun mulai rajin mengonsumsi makanan organik. Bahkan setelah anaknya, Keitaro Jose Purnomo (1)
lahir hingga sekarang, selalu diberi makanan organik. "Aku, sih, enggak terlalu ketat harus makan makanan organik. Tapi kalau buat Keitaro, suatu keharusan. Jadi, setelah diberi ASI ekslusif dan mulai diperkenalkan pada makanan padat, sejak itu aku kasih jus sayuran atau buah organik," kisahnya antusias.

Yang kerap bikin Lucy pusing, sayuran organik amat tergantung pada musim. "Jika iklimnya tidak mendukung untuk panen, beberapa jenis sayuran susah didapat. Pernah aku sulit sekali menemukan brokoli, wortel, atau tomat. Sudah keliling ke beberapa toko, enggak ketemu juga. Untungnya, sekarang sudah mulai banyak dijual di supermarket. Jenisnya juga mulai beragam."

Ia lalu memberi contoh, "Dulu, mau bikin sayur sop yang bahan-bahannya organik, susah banget. Kentang dan daun seledrinya enggak ada," kata Lucy yang rajin berburu bahan makanan organik dua atau tiga kali dalam seminggu. "Bisa berjam-jam aku muter-muter mencari sayuran organik. Mulai dari yang dekat rumah di kawasan Pondok Indah, hingga dekat rumah orangtuaku di Jatibening. Soalnya, kata Lucy, sayur hanya tahan 2-3 hari sehingga ia harus sering mencari stok sayuran buat buah hatinya. "Untuk Keitaro, aku paling sering beli bayam, wortel, tomat, buncis, dan brokoli."

Sumber protein berupa daging dan ayam untuk anaknya, juga diusahakan memakai yang organik. "Ayam organik juga lebih tahan lama. Kalau menyimpannya bagus, bisa tahan sampai dua minggu. Tapi pernah juga, sih, kehabisan stok ayam organik. Akhirnya terpaksa pakai ayam kampung yang bebas suntikan hormon," kisahnya.

Soal harga yang lebih mahal, Lucy mengaku tidak terlalu mempermasalahkan. Demi anaknya, ia ingin mengupayakan yang terbaik. Jadi, beda Rp 5.000 hingga Rp 10.000, "Enggak masalah. Untuk masalah kesehatan, kita tidak usah lihat harga lagi, deh. Siapa lagi yang menghargai diri kita selain kita sendiri? Jadi, menurut aku, antara harga dan efek positif yang kita dapat, seimbang," kata Lucy yang dalam hal ini mendapat dukungan dari suami.

Targetnya, untuk Keitaro ia akan terus memberi asupan organik minimal sampai usia 5 tahun. Pasalnya, kalau sudah masuk usia sekolah SD, "Anak mulai berteman dan tahu jajan. Tidak bisa setiap saat kita mengontrol."

Masalah khasiat makanan organik, tambah Lucy, tak bisa dirasakan dalam sekejap. "Baru terasa dalam jangka waktu panjang. Mungkin 5-6 tahun lagi baru terasa, kita tidak rentan terhadap penyakit darah tinggi, jantung, kolesterol, dan sebagainya. Jadi, hitung-hitung menabung untuk hari depan yang lebih sehat, deh."



Disadur dari nostalgia.tabloidnova.com

Petani Kurang Minati Sayuran Organik

Sayuran organik kurang dikembangkan oleh petani di Kabupaten Bantul, padahal peluang pasarnya cukup luas.
     
"Sangat disayangkan, peluang pasar sayuran organik yang cukup luas tidak dimanfaatkan petani di Bantul," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Bantul Edi Suharyanto, Senin.
     
Ia mengatakan kesadaran petani di Bantul untuk menanam sayuran organik masih sangat terbatas. "Mereka menanam sayuran organik hanya pada musim tertentu, semestinya menanam di segala musim karena harga jualnya bisa tinggi, dan ini akan memberi keuntungan lebih banyak lagi bagi petani," katanya.
     
Akibatnya, kata dia, pada masa-masa tertentu stok sayuran organik di pasaran sering kosong.
     
Menurut Edi, pola pikir petani sayuran di Kabupaten Bantul masih terfokus hanya pada volume produksi, dan mereka belum bisa diarahkan ke orientasi bisnis. "Respon petani sayuran di kabupaten ini umumnya agak lamban, hanya petani-petani muda dan tokoh petani yang sudah bisa diarahkan ke orientasi bisnis," katanya.
     
Kata dia, sayuran organik mulai dikembangkan di Bantul sejak dua tahun terakhir. Sayuran jenis ini ditanam di kantung plastik atau yang biasa disebut ’polybag’.
     
Sekitar 13.000 polybag berisi tanaman sayuran organik tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Bantul. Dua daerah penghasil sayuran organik terbesar di kabupaten ini adalah Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu dan Desa Gilangrejo, Kecamatan Pandak.
     
Di Bantul, sayuran organik yang banyak ditanam adalah seledri, loncang, cabe serta terong. Sementara itu, bawang merah dan cabe merah mulai dikembangkan untuk menjadi unggulan produksi sayuran organik kabupaten ini


Disadur dari kompas.com

Apa Itu Sayur Organik?

Sayur organik pada prinsipnya adalah sayur yang ditanam dengan menggunakan pupuk, pestisida, dan perawatan serba organik. 


Dengan kata lain, seminimal mungkin atau bahkan tidak menggunakan unsur-unsur logam berat dalam bentuk apapun. 


Sebenarnya mudah menanam dan mengembangkan sayur organik. Tetapi karena menggunakan pupuk organik (baca: pupuk kompos), maka ini menjadi tantangan tersendiri. Apalagi jika ingin mengembangkan sayur organik ini di kota.


Akan tetapi, saat ini banyak pupuk organik yang dapat langsung dipakai, tanpa harus mengandalkan kompos. Jadi sebenarnya pupuk tidak menjadi hambatan lagi ya. 


Nah karena cara budidayanya yang bisa dibilang tradisional, maka biasanya sayur organik jarang diproduksi dalam jumlah besar. Padahal saat ini semakin banyak orang yang semakin sadar akan kesehatan, dan banyak memburu produk organik. Maka, makin banyaklah permintaan, tetapi penawarannya sedikit. 


Itulah yang menyebabkan produk organik harganya melambung tinggi.